Keragaman Spesies Pohon sebagai Karakteristik Lansekap Hutan Lindung Bukit Rigis (Studi Kasus: Areal Kelola Kelompok Hutan Kemasyarakatan (HKm) Bina Wana)
Abstract
Lanskap dikenal dengan karakteristik bentang alam yang didominasi oleh hutan yang wilayahnya meliputi dari daerah hulu hingga ke bagian hilir dari suatu Daerah Aliran Sungai (DAS). Kelestarian hutan memerlukan model pengelolaan lanskap yang baik dengan memperhatikan fungsi hutan lindung, tata air dan pengelolaan yang berkelanjutan. Sebab kelestarian hutan hanya ditentukan oleh pilihan sistem silvikultur saja melainkan kekompakkan fungsi hutan sebagai suatu kesatuan ekosistem yang terdiri atas aspek sosial,ekonomi dan ekologi. Penelitian ini bertujuan menganalisis karakteristik ekologi lanskap hutan lindung Register 45B Bukit Rigis di areal kelola Kelompok HKm Binawana. Penelitian ini menggunakan metode analisa GIS dan deskripsi kuantitatif. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik ekologi hutan lindung Bukit Rigis adalah sebagai berikut: terdapat 27,58% tutupan hutan, dimana da lebih dari tiga stratifikasi tajuk, dan 2 jenis mayoritas spesies di Lahan HKm Binawana yaitu kemit (Sarcosperma paniculatum), randu (Ceiba pentandra). Selain itu, diperlukan sosialisasi tentang kelestarian HKm maupun hutan lindung tersebut.
References
Ali, M., Kharis, A., dan Karlina, D. 2018. Implementasi undang-undang no 18 tahun 2013 tentang pencegahan dan pemberantasan perusakan hutan (Studi kasus tentang faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat melakukan perambahan hutan di desa lunyuk ode kecamatan lunyuk kabupaten Sumbawa besar). Jurnal Ilmu Administrasi Publik. 6(2): 153-165.
Hardjosuwarno, S. 1990. Dasar-Dasar Ekologi Tumbuhan. Fakultas Biologi UGM. Yogyakarta.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta.
Kusmana, C. 1997. Ekologi dan ekosistem mangrove. Jurusan Managemen Hutan IPB Press. Bogor.
Konsorsium Pendukung Sistem Hutan Kerakyatan. 2015. Dari Cap Perambah menjadi Pelestari Hutan Lindung. Artikel. http://kpshk.org /2015/02/09/dari-cap-perambah- menjadi-pelestari-hutan-lindung/(diakses pada tanggal 1 September 2019)
Magurran, A. E. 1988. Why Diversity? Ecological diversity and its measurement. Springer. 1 – 5.
Mongabay. 2019. Stratifikasi.Artikel. https://www.mongabay.co.id/%20stratifikasi/ (diakses pada tanggal 3 September 2019).
Naisumu, Y. G., Seran, Y. Y., dan Ledheng, L. 2018. Komposisi dan keanekaragaman jenis pohon di hutan lindung lapeom kabupaten timor tengah utara. Jurnal Saintek Lahan Kering. 1(1): 4–6.
Pasya, G. 2004. Sistem Pendukung Negosiasi (SPN) Suatu Pendekatan untuk Pemecahan Masalah Konflik di Kawasan Hutan. Seminar Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Aktivitas Sosial Ekonomi dalam Kaitannya dengan Penyebab dan Dampak Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera. ICRAF, Ditjen PHKA Departemen Kehutanan, European Union, Bappeda Provinsi Lampung dan CIFOR. Bandarlampung. 19 pp.
Pitopang, R. 2012. Impact of forest disturbance on the structure and composition of vegetation in tropical rainforest of sentral sulawes, Indonesia. Journal of Biological Diversity. 13(4): 178–189.
Prastiyo, Y. B., Kaswanto dan Arifin, H. S. 2017. Analisis ekologi lanskap agroforestri pada riparian sungai ciliwung di kota bogor. Jurnal Lanskap Indonesia. 9(2): 81–90.
Rehulina, Purwoko, A., Latifah, S. 2013. Komposisi dan stratifikasi vegetasi pohon di hutan pendidikan universitas sumatera utara, tongkoh, kabupaten karo, provinsi sumatera utara. Jurnal USU.1(1):1–5.
Sanjaya, R., Wulandadri, C dan Herwanti, S. 2017. Evaluasi Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan (HKm) pada Gabungan Kelompok Tani Rukun Lestari Sejahtera di Desa Sindang Pagar Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Lampung Barat. Jurnal Sylva Lestari. 5(2): 30–42.
Sanudin, Awang, S. A., Sandono, R dan Purwanto, R. H. 2016. Perkembangan hutan kemasyarakatan di provinsi lampung. Jurnal Manusia dan Lingkungan. 23 (2) : 276 – 283.
Stiling, P.D. 1996. Ecology: Theories and Applications 2nd. Prentice Hall. New Jersey.
Syam, T., Darmawan, A., Banuwa, I. S dan Ningsih, K. 2017. Pemanfaatan citra satelit dalam mengidentifikasi perubahan penutupan lahan : studi kasus hutan lindung register 22 way waya lampung tengah. Jurnal Globe. 14(2): 146 – 156.
Vebrist, B dan Pasya, G. 2004. Perspektif sejarah status kawasan hutan, Konflik dan negosiasi di sumberjaya, lampung barat –propinsi lampung. Agrivita. 26 (1) : 20 – 28.
Wulandari, C., Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, Sulistiantoro, E., Nuch, I. M., Syahrani, J., Saroso, O., Putro, P., Pahlawanti, R., Suhendri, Warsito. 2009. Hutan Kemasyarakatan Melestarikan Hutan untuk Kesejahteraan Rakyat Catatan 10 Tahun Program HKm di Provinsi Lampung. Watala. Bandarlampung. 122 halaman.
Wulandari, C. 2010. Studi persepsi masyarakat tentang pengelolaan lanskap agroforestri di sekitar sub das way besai, provinsi lampung. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 15 (3): 137 – 140.
Wulandari, C. 2012. Diversifikasi hasil agroforestry di sekitar Hutan Sumberja adan Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Besai dalam “ Pengelolaan Hutan dan Daerah Aliran Sungai Berbasis Masyarakat: Pembelajaran dari Way besai Lampung” Editor Banua dan Abidin. Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Way Seputih – Way Sekampung. Bandarlampung.
Yekti, A., Sudarsono, B., Subiyanto, S. 2013. Analisis Perubahan Tutupan Lahan DAS Citanduy Dengan Metode Penginderaan Jauh. Jurnal Geodesi Unip. 2 (4): 1–9.
Copyright (c) 2020 jtur/lppm/unila
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.