Studi Keragaman Kelelawar Berdasarkan Perangkap Jaring Kabut di Pusat Latihan Gajah Taman Nasional Way Kambas

  • Salih Alimudin Universitas Lampung
  • Nuning Nurcahyani Universitas Lampung
  • Elizabeth Devi Krismuniarti Taman Nasional Way Kambas (TNWK)
  • Elly L. Rustiati Universitas Lampung
  • Eka Sulpin Ariyanti Aliansi Lestari Rimba Terpadu (AleRT) Taman Nasional Way Kamnbas
Keywords: Kelelawar, Keragaman, Pusat Latihan Gajah, Taman Nasional Way Kambas

Abstract

Kelelawar, satu-satunya mamalia terbang, dapat terlihat di Taman Nasional Way Kambas (TNWK), termasuk Pusat Latihan Gajah (PLG). Keberadaan kelelawar dipengaruhi oleh struktur fisik habitat, iklim mikro, ketersediaan air dan sumber makanan, serta interaksi dengan satwa liar lainnya. Di Indonesia terdapat 9 dari 18 kelompok kelelawar dunia, yaitu Pteripodidae, Megadermatidae, Nycteridae, Vespertilionidae, Rhinolopidae, Hipposideridae, Emballonuridae, Rhinopomatidae, Molosidae. Penelitian ini dilakukan dengan menerapkan teknik jaring kabut untuk mempelajari keragaman kelelawar. penangkapan langsung menggunakan mist net dilakukan di 3 titik lokasi, area masjid PLG (lokasi 1), area Rumah Sakit Gajah (lokasi 2), dan area kandang gajah (lokasi 3). Tiga kali ulangan dilakukan  selama penangkapan di setiap lokasi. Jumlah kelelawar yang ditangkap (N = 29) terdiri dari 7 spesies, 4 di antaranya adalah kelelawar pemakan buah (Cynopterus minutus, Cynopterus brachyotis, Cynopterus sphinx), Cynopterus titthaecheilus) dan 3 pemakan serangga (Megaderma spasma, Pipistrellus javanicus, dan Scotophilus kuhlili) . Perangkap jaring kabut cocok untuk dilakukan di PLG, TNWK dan keanekaragaman kelelawar representatif diperoleh.

References

Burnett, C. D., and T. H. Kunz. 1982. Growth rates and age estimation in Eptesicus fuscus and comparison with Myotis lucifugus. Journal of Mammalogy 63: 33– 41.
Direktorat Jendral Konservasi dan Sumber Daya Alam Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. ksdae.menlhk.go.id/berita/925/rs-gajah-pertama-di-asia-tenggara-dikunjungi-dirjen-ksdae.html, diakses pada 15 Januari 2019.
FAO. 2011. Investigating the role of bats in emerging zoonoses: Balancing ecology, conservation and public health interest.
Howell, DJ dan Roth, BS. 1981. Sexual reproduction in agaves: The benefits of bats; the cost of semelparous adverstising Ecology 62(1): 1-7.
Huang, C.C., Elly L.R., Mayner, N., Maryanto, I., Maharadatunkamsi., Sigit, W., Tigga, K. 2014. A Recent Bat Survey Reveals Bukit Barisan Selatan Lanscape as a Chiropteran Diversity Hotspot in Sumatra. Acta Chiropterologica 16(2): 413-449. Museum and institute of Zoology, Polish Academy of Science.
Kingston T, BL Lim dan A Zubaid. 2006. Bats of Krau Wildlife Reserve. Universiti Kebangsaan Malaysia. Malaysia.
Kunz, T.H. 1988. Ecological and Behavioral Methods for The Study of Bats. Washington: Smithsonian Insttitution Press.
Suyanto, A. 2001. Seri Panduan Lapangan Kelelawar di Indonesia. Bogor: Puslitbang – LIPI. Bogor.
TNWK. 2017. http://waykambas.org/. Diakses pada 14 November 2018 Pukul 08.00 WIB.
Yuliadi, B., Tika, F.S., Farida, D.H. 2014. Kelelawar Sulawesi Jenis dan Peranannya dalam Kesehatan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Published
2020-06-14