Identifikasi Kerusakan Tegakan Hutan di Areal Garapan Petani KPPH Kuyung Bawah dalam Kawasan Tahura Wan Abdul Rachman

Forest Stands Damage Identification in the Area of KPPH Kuyung Bawah Farmers on Tahura Wan Abdul Rachman Area

  • Indriyanto Jurusan Kehutanan, Universitas Lampung
  • Ceng Asmarahman Jurusan Kehutanan, Universitas Lampung
  • Machya Kartika Tsani Jurusan Kehutanan, Universitas Lampung
Keywords: intensitas kerusakan, tegakan hutan, Tahura Wan Abdul Rachman

Abstract

Tegakan hutan di areal garapan petani anggota KPPH Kuyung Bawah tampak mengalami kerusakan pada berbagai organ tanaman.  Kerusakan organ tanaman tersebut diduga terjadi karena berbagai penyebab.  Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jenis-jenis kerusakan pada tanaman dan tingkat kerusakan tegakan hutan di areal garapan petani tersebut.  Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2019.  Pengambilan data menggunakan teknik sampling dengan intensitas sampling 1,5%.  Plot sampel berbentuk segi empat dengan ukuran 20 m x 20 m yang tersebar secara sistematik berjumlah 16 buah plot sampel.  Persentase jumlah tanaman yang mengalami kerusakan/serangan dianalisis menggunakan rumus Tulung (2000), sedangkan persentase jumlah organ yang rusak serta tingkat kerusakan tegakan hutan dianalisis menggunakan rumus Kilmaskossu dan Nerokouw (1993).  Kemudian, hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel dan diagram.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tegakan hutan di areal garapan petani KPPH Kuyung Bawah mengalami kerusakan organ tanamannya dengan intensitas kerusakan tegakan sebesar 34,7%.  Intensitas kerusakan sebesar tersebut menggambarkan kondisi tingkat kerusakan yang ringan.  Namun demikian, jenis-jenis kerusakan tanaman sangat beranekaragam, baik terjadi pada batang, cabang, daun, maupun pada buah.  Jenis kerusakan batang meliputi: berlubang gerek, gerowong, gummosis, kanker, luka terbuka, dan serangan rayap.  Jenis kerusakan cabang meliputi: kering/mati, patah, dan serangan rayap.  Jenis kerusakan daun meliputi: bercak coklat, bercak kuning, belubang, gugur daun, klorosis, dan mati pucuk.  Adapun jenis kurusakan buah meliputi: berlubang, busuk, dan kering.  Berdasarkan besarnya intensitas kerusakan tersebut, maka tegakan hutan termasuk berkondisi tidak sehat dengan sebaran 43,7% luas tegakan berkondisi rusak sangat ringan, 50,0% luas tegakan berkondisi rusak ringan, dan 6,3% luas tegakan berkondisi rusak sedang.

References

Alexander, S. A. and Barnard, J. E. 1995. Forest Health Monitoring Field Methodes Guide. Las Vegas: Environmental Monitoring System Laboratory.
Anggraini, N., Faridah, E., dan Indrioko, S. 2015. “Pengaruh cekaman kekeringan terhadap perilaku fisiologis dan pertumbuhan bibit black locust (Robinia pseudoacacia)”. Jurnal Ilmu Kehutanan, 9 (1): 40-56.
Asman, A. dan Hadad, E. A. 1988. “Perkembangan penelitian penyakit tanaman Cengkeh”. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, 4 (2): 48-54.
Febbiyanti, T. R. 2017. Diagnosis dan Status Penyakit Kanker Bantang Karet di Sumatera Selatan. Tesis. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Hadi, S. 2001. Patologi Hutan: Perkembangannya di Indonesia. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Hardi, T. W. T. 1998. “Mengenal lebih dekat hama boktor, Xystrocera festiva. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Info Hutan No. 91/1998.
Hidayati, N. 2013. “Penyakit-penyakit penting pada tanaman hutan rakyat dan alternatif pengendaliannya’. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Diakses pada Tanggal 20 Januari 2019. www.forda-mof.org/2013.
Husaeni, E. A. 2010. Xystrocera festiva (Cerambycidae: Coleoptera): Biologi dan Pengendaliannya pada Hutan Tanaman Sengon. Bogor: IPB Press.
Indriyanto. 2017. Ekologi Hutan, cetakan ke-6. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Indriyanto, Tsani, M. K., Bintoro, A., Duryat, dan Surnayanti. 2017. “Identifikasi tingkat kerusakan tegakan hutan di areal KPPH Talangmulya”. Prosiding Seminar Nasional Darmajaya. Bandar Lampung: Institut Informatika dan Bisnis Darmajaya, p.: 207—216.
Kilmaskossu, S. T. E. M. and Nerokouw, J.P. 1993. Inventory of Forest Damage at Faperta Uncen Experiment Gardens in Manokwari Irian Jaya Indonesia. Proceedings of the Symphosium on Biotechnological and environmental Approaches to Forest and Disease Management. Bogor: SEAMEO.
Konam, J., Namaliu, Y., Daniel, R., dan Guest, D. 2009. Pengelolaan Hama dan Penyakit Terpadu untuk Produksi Kakao Berkelanjutan. Canberra: Pusat Penelitian Internasional Australia (ACIAR).
Kurniawan, A. & K. Mulyadi. 2008. Pemantauan Kesehatan Hutan. Diakses pada tanggal 20 Februari 2016, https://agusresearchweb.wordpress.com/2008.
Matitaputty, A., Amanupunyo, H. R. D., dan Rumahlewang, W. 2014. “Kerusakan tanaman kakao (Theobroma cacao L.) akibat penyakit penting di Kecamatan Taniwel Kabupaten Seram Bagian Barat”. Jurnal Budidaya Pertanian, 10 (1): 6-9, 2014.
Ngatiman. 2014. “Serangan rayap Coptotermes sp. pada tanaman meranti merah (Shorea leprosula Miq.) di beberapa lokasi penanaman di Kalimantan Timur”. Jurnal Penelitian Dipterocarpa, 8 (1): 59-64.
Ngatiman dan Cahyono, D. D. N. 2017. “Serangan rayap Coptotermes sp. Pada tanaman Shorea leprosula Miq. di PT Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat”. Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterocarpaceae, 3 (1): 33-42.
Nurrohmah, S. H. dan Baskorowati, L. 2017. Serangan awal penyakit karat tumor pada tanaman sengon di plot uji provenan sengon Candiroto, Jawa Tengah. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek II: 48-61.
Rahayu, S., Setiawan, A., Husaeni, E. A., dan Suyanto, S. 2006. “Pengendalian hama Xylosandrus compactus pada agroforestri kopi multistrata secara hayati: studi kasus dari Kecamatan Sumberjaya, Lampung Barat”. Jurnal Agrivita, 28 (3).
Ratnasari, D. 2016. “Pengaruh cekaman kekeringan terhadap pertumbuhan jarak merah (Jatropha gossypifolia L.) asal daerah Jombang”. Artikel. Universitas Nusantara PGRI Kediri. http://simki.unpkediri.ac.id/2016.
Stevanus, C.T., Saputra, J., dan Wijaya, T. 2015. “Peran unsur mikro bagi tanaman Karet”. Warta Perkaretan, 34 (1): 11-18.
Subyanto. 2005. Ilmu Hama Hutan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Suhendang, E. 2002. Pengantar Ilmu Kehutanan. Bogor: Penerbit
Sumardi. 2008. Perlindungan Hutan. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada.
Sumardi. 2013 Kerusakan Antropogenik. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Fakultas Kehutanan IPB, 2002.
Suratmo, F. G. 1982. Ilmu Perlindungan Hutan. Bogor: Bagian Perlindungan Hutan Fakultas Kehutanan IPB.
Tarumingkeng, R.C. 2001 Biologi dan Perilaku Rayap. Bogor: Pusat Studi Ilmu Hayati IPB.
Tulung, M. “Study of cacoa moth (Canopomorpha cramerella) control in North Sulawesi”. Eugenia, 6 (4): 294-299, 2000.
Yusran, D., Mardji, dan Budi, A. S. 2006. “Inventarisasi penyakit kanker batang pada Acacia mangium Willd. Di Bukit Soeharto, Kalimantan Timur”. Jurnal Kehutanan Unmul. Vol. 2 (2): 206-220.
Published
2020-09-29